WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION WELCOME TO BLOG CULTURE AND EDUCATION

Monday, 15 December 2014

Tarian Daerah Tarian Adat dan Daerah di Indonesia

 

Tarian Daerah
Tarian Adat dan Daerah di Indonesia



1.Tarian Dayak




 2.Tari Saman Aceh


Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh.
Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam.





3. Tari Legong Bali



Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati.

Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa




4.Tarian Bengkulu


Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.

Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.

5. Tarian Jakarta


Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.

Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara.


6. Tarian Daerah Jambi

Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu.

Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi.


7. Tarian Jawa Barat


Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.



7. Tari Serimpi Daerah Jawa Tengah

Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.

Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka.



8. Tari Remong Daerah JawaTimur

Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.

Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.


9. Tari Monong  Daerah kalimantan Barat

Tarri Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi

Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat



10. Tari Baksa Kembang  Daerah Katimantan Selatan

Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga.

Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.


11. Tari tambun dan bungai  Daerah Kalimantan tengah

Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.

Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit.



12. Tari gong Daerah Kalimantan Timur

Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tatmu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku.Tarian Gong, sama seperti namanya, merupakan tarian yang dimainkan dengan menggunakan alat musik gong. Tarian ini sendiri menggambarkan kelembutan seorang gadis, yang meliuk-liuk bagaikan sebatang padi. Tarian ini dibawakan oleh seorang gadis dengan pakaian adat Dayak Kenyah. Gerakan tubuh dan tangan yang lambat dan lembut, serta dominasi bulu burung dalam corak pakaiannya merupakan ciri khas yang bisa kita lihat pada tarian ini.

Tari perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis.



13. Tari Jangget Daerah Lampung.

Tari Jangget, adalah tarian untuk upacar-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung.Seni tari dari daerah Lampung ini sendiri juga mempunyai keistimewaan dan keunikan tersendiri, dimana tari dari daerah ini mempunyai ciri-ciri antara lain adalah pada mulanya hanya dilakukan dalam upacara-upacara tertentu, dalam hal ini upacara tersebut bersifat ritual dan sacral dan tentu saja bukan berupa tontonan untuk para masyarakat sendiri, kombinasinya serasi antara tari, music dan juga sastra, dimana tari ini dilakukan secara masal dengan tempat yang terbatas, serta pengulangan gerakan yang monoton dalam pola gerakan yang sederhana dan dilakukan secara berulang-ulang, serta waktu dari penyajian tarian ini juga relative panjang.


Tarian-tarian yang ada pada daerah Lampung ini sendiri antara lain adalah Tari Jangget, Tari Melinting, Tari Kenui dan juga Tari Batin. Tetapi untuk tarian Lampung yang terkenal di Negara Indonesia sendiri adalah Tari Jangget dan Tari Melinting. Beberapa tarian yang ada di provinsi Lampung ini sendiri pun dibuat dengan beberapa sejarah yang terkandung didalam tarian tersebut, begitu juga dengan makna yang ada didalam tarian tersebut. sehingga kita dapat lebih mengerti dan juga memahami arti penting dan juga makna terbuatnya tarian yang berasal dari Lampung ini sendiri.


Tarian ini sendiri biasanya dapat dihubungkan dengan sejarah yang ada pada masa lampau pada daerah tersebut, atau dapat juga berupa kata-kata yang sudah ada dan tentu saja dalam hal ini memiliki makna dan arti yang sangat banyak. Makna yang dibuat pun tidak sembarangan mengambil hal-hal yang tidak bisa diterima secara akal sehat, melainkan maknanya sendiri harus berupa hal-hal yang memang masuk akal dan bisa diterima oleh masyarakat secara luas. Seperti yang kita tahu terkadang ada beberapa tarian yang tidak memakai sebuah makna yang sesuai dengan apa saja yang dibutuhkan tersebut. tetapi untuk rata-rata tarian yang ada biasanya selalu memiliki makna tersendiri yang sangat luas dan juga memiliki pengertian yang luas yang terkadang tersirat dari beberapa arti dan hanya bisa dipahami oleh sebagian orang saja.

Tari Jangget

Tarian yang pertama atau ada di Lampung ini sendiri adalah tarian jangget, dimana seperti yang kita tahu tarian ini sendiri sudah sangat terkenal di provinsi ini sendiri dan salah satu tarian yang paling sering digunakan oleh warga daerah provinsi ini sendiri. Dalam tarian ini sendiri tentu saja memiliki makna tersendiri bagi orang yang menciptakannya, seperti halnya pada tarian-tarian daerah Indonesia lainnya yang tercipta bukan karena tidak ada arti sama sekali tetapi dalam tarian ini tentu saja memiliki makna yang sangat besar sekali dalam isi dan juga gerakan yang ada pada tarian ini sendiri sehingga orang yang melihat pun dapat mengerti apa arti dari tarian ini sendiri. Selain daripada itu gerakan-gerakan yang dibuat sendiri memiliki makna dan juga arti yang penting.


Tarian ini sendiri biasanya digunakan pada upacara-upacara adat yang biasa dilangsungkan dalam setiap kegiatan adat yang ada di daerah ini sendiri. Dalam hal ini biasanya daerah ini sering menampilkan tarian ini untuk upacara adat mereka sendiri, dan biasanya tidak semua orang atau kalangan bisa melihatnya, dikarenakan upacara adat yang dilakukan pun terkadang bersifat tertutup tapi ada juga terkadang terbuka sehingga masyarakat umum sudah sangat mengenal tarian ini sendiri. Tarian ini sendiri melambangkan keluhuran budi dan juga susila raykat provinsi Lampung ini.


Tarian tradisional ini juga merupakan tari tradisional yang harus kita lestarikan, dimana seperti yang kita tahu bahwa tarian-tarian yang ada pada Negara Indonesia pada zaman sekarang pun sudah mulai memudar dan kurang adanya penampilan dari beberapa daerah tersebut karena banyaknya pemuda-pemudi yang sudah tidak bisa lagi melakukan budaya atau tarian dari daerah mereka masing-masing sendiri, bukankah hal tersebut sendiri merupakan hal yang memalukan khususnya bagi Negara kita sendiri yang merupakan Negara yang mempunyai banyak sekali budaya yang ada dan juga warisan yang tidak ada habis-habisnya. Jadi sebagai generasi muda kita harus senantiasa menjaga semua tari daerah yang ada.

Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung. Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung.



14. Tari Lenso Daerah Maluku

Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku.

Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.



15. Tari Perang  Daerah Maluku Utara

Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari medan juang.

Tari Nahar Ilaa, tarian pengikat persahabatan pada waktu “panas Pela” kesepakatan kampung untuk membangun.


16.Tari Mpaa Lenggogo Daerah Nusa Tenggara Barat

Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.

Tari Batunganga, sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap putri raja yang masuk ke dalam batu. Mereka memohon agar sang putri dapat keluar dari dalam batu itu.


17. Tari Tari Gareng Lameng  Nusa Tenggara Timur

Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa cambuk dan perisai.

Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya.



18. Tari Tari Suanggi Daerah Papua Barat danTengah

Tari Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian).

Tari Perang, tari yang melambangkan kepahlawana, dan kegagahan rakyat Papua.


29. Tari Selamat datng Daerah Papua Timur

Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.

Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya mengusir arwah or¬ang meninggal karena kecelakaan.


30. Tari tandak Daerah Riau

Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat di gemari di daerah Riau.

Tori Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi


31. Tari kipas Daerah Sulawesi Selatan

Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas samhil mengikuti alunan lagu.

Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes.


32. Tari Lumense Daerah Sulawesi Tengah

Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk menyambut tamu agung.

Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.


33. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tenggara

Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalarn menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.

Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotong royongan dalam kerja bersama sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati.

34. Tari-tarian Daerah Sulawesi Utara

Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.

Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo.

35. Tari-tarian Daerah Sumatra Barat

Tari Piring : Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria bersama-sam.

Tari Payung : Ditarikan oleh sepasang muda-mudi dengan payung di tangan, sang pria melindungi kepala sang wanita, sebuah perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita.

36. Tari-tarian Daerah Sumatra Selatan

Tari Tanggal, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebesaran adat.

Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan

37. Tari-tarian Daerah Sumatra Utara

Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.

Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.

38. Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta

Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.

Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai


sumber : http://www.radiopelanginusantara.com/2014/04/tarian-daerah-tarian-adat-dan-daerah-di.html
NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SETIAP SILA  PANCASILA


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia bukan lagi suatu hal yang baru bagi masyarakat kita ( Indonesia). Dari zaman dahulu, nilai pancasila memang sudah terkandung dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah meliputi berbagai Aspek kehidupan dan sekarangpun masih tetap dipelihara sampai saat ini.
Semua nilai-nilai pancasila perlu sekali kita kembangkan dalam kehidupan-kehidupan sosial budaya, demi terciptanya suasana yang cukup tenang, kesejahteraan, damai, dan aman. Tanpa nilai-nilai tersebut kita tidak akan bisa untuk mencapai semua itu. Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang Nilai yang Terkandung Dalam Setiap Sila Pancasila berikut ini adalah ulasannya.


1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Beriman kepada tuhan yang maha esa, ini sesuai dengan agama dan keyakinan sejalan dengan asas kemanusiaan yang adil dan beradap. Nilai luhur ini telah melandasi kerukunan hidup berbangsa, bermasyarakat, dan juga bernegara.

Di negara kita tepatnya di Indonesia, terdapat banyak sekali macam-maca agama yang berbeda. Masing-masing telah mempercayai agama yang telah dianutnya sehingga kerukunan diantara penganut agama tetap terpelihara. Iman dan takwa kepada tuhan yang maha Esa telah terpatri dalam hati penganut agama,

PANCASILA
Nilai yang Terkandung Dalam Setiap Sila Pancasila

Baca juga - Pengertian Pancasila menurut para Ahli


2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Mungkin setiap warga negara telah mengakui persamaan derajat, kewajiban antara sesama manusia sebagai asas kebersamaan bangsa Indonesia, dan hak. Dengan menjunjung tinggi persamaan derajat, hak, kewajiban, maka seluruh bangsa Indonesia bersama-sama akan mampu menegakkan dan juga memelihara kebersamaan yang dinamis dan selalu mengarah pada kemantapan yang telah disempurnakan.


3. Nilai Persatuan Indonesia

Setiap warga negara mengutamakan persatuan, kepentingan, kesatuan, dan juga keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi golongan. Sikap tersebut melahirkan kesanggupan dan kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

Sikap positif ini telah dilandasi oleh rasa cinta dan sayang kepada tanah air ( Patriotis) dan juga rasa cinta kepada bangsa dan negara (nasionalis).


4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Setiap warga negara pasti memiliki kedudukan yang baik. Kedudukan yang sama tersebut digunakan dengan kesadaran dan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Selain itu, warga negara Indonesia harus selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan suatu persoalan bersama.

5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kita harus mengindarkan diri dari sifat pemborosan, selalu bergaya hidup mewah dan perbuatan-perbuatan yang merugikan kepentingan umum. Bekerja keras dan juga menghargai hasil kerja keras orang lain sangat dibutuhkan dalam mewujudkan sikap kebersamaan.

Disaar terjadinya krisis nasional terjadi ancaman berat terhadap kelangsungan hidup bangsa dan bernegara, dan tindakan dari sekolompok orang-orang yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Tapi, Pancasila selalu menjadi pegangan bersama dan juga ideologi negara tak tergoyahkan sedikit pun. 

Demikianlah artikel saya tentang Nilai yang Terkandung Dalam Setiap Sila Pancasila ini, semoga ini bisa kita ambil hikmahnya, dan jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman-teman anda, terima kasih semoga bermanfaat.

http://multiajaib.blogspot.com/2014/10/nilai-yang-terkandung-dalam-setiap-pancasila.html

Thursday, 11 December 2014

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI CERITA WAYANG SEMAR MBANGUN


PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI CERITA WAYANG SEMAR MBANGUN KAYANGAN
                                                A.    Latar Belakang
Persoalan pendidikan dan karakter bangsa kini menjadi topik pembicaraan dimasyarakat. Topik itu mengenai  berbagai  aspek  kehidupan,  yang tertuang  dalam  berbagai  tulisan  dimedia cetak, media online, wawancara, dialog, dan gelar wicara di layar kaca.
Selain dimedia massa, para  pemuka  masyarakat,  para  ahli, para  pengamat  pendidikan,  dan  pengamat sosial  angkat bicara mengenai  persoalan  budaya  dan  pendidikan karakter  bangsa  di  berbagai  forum seminar,  baik  pada  tingkat  lokal,  nasional,  maupun  internasional. Persoalan  yang muncul  di  masyarakat  seperti  korupsi,  kekerasan,  kejahatan  seksual,  perusakan, perkelahian massa,  kehidupan  ekonomi  yang  konsumtif,  kehidupan  politik  yang  tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik perbincangan hangat di media massa, seminar,dan diberbagai  kesempatan. 

Berbagai  alternatif  penyelesaian  diajukan  seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat.
Alternatif  lain  yang  banyak  dikemukakan  untuk mengatasi,  paling  tidak mengurangi masalah  budaya  dan  karakter  bangsa  yang  dibicarakan  itu  adalah  pendidikan. Pendidikan  dianggap  sebagai  alternatif  yang  bersifat  preventif    karena  pendidikan karakter membangun  generasi  baru  bangsa  yang  lebih  baik.  Sebagai  alternatif  yang  bersifat preventif,  pendidikan  karakter diharapkan  dapat  mengembangkan  kualitas  generasi  muda bangsa  dalam  berbagai  aspek  yang  dapat  memperkecil  dan  mengurangi  penyebab berbagai  masalah  budaya  dan  karakter  bangsa.  Memang  diakui  bahwa  hasil  dari pendidikan karakter akan  terlihat  dampaknya  dalam waktu  yang  tidak  instan,  tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.Pendidikan yang sekarang ini dianggap tepat untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut adalah pendidikan karakter bangsa, pendidikan untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku masyarakat yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai budaya , potensi, kemampuan, bakat, dan pikiran bangsa Indonesia sehingga masyarakat -memiliki nilai dan  karakter  sebagai  karakter pada dirinya, yang diterapkan  dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara.
A. Tujuan
1.      Sebagai salah satu referensi bagi para mahasiswa dan masyarakat bahwa di dalam sebuah cerita wayang ternyata mengandung nilai-nilai pendidikan .
2.      Mendeskripsikan mengenai pendidikan karakter bangsa.
3.      Mendeskripsikan cerita wayang semar gugat.
B.    Manfaat
1.      Memberi pengetahuan/informasi kepada para mahasiswa yang lain dan masyarakat tentang nilai-nilai pendidikan karakter bangsa juga terkandung di dalam cerita wayang semar mbangun kayangan.
BAB II
SINOPSIS CERITA
Konon suatu ketika, menurut pencerita Ki Lurah Semar gundah gulana hatinya. Hal ini menyebabkan ia beberapa kali tak menghadiri pertemuan di negeri Amarta. Melihat lelaku Semar, petruk sang anak menanyakan gerangan penyebabnya. Semar hanya mengatakan bahwa ia sedang gundah memikirkan nasib Para Pandawa ke depan. Ia ingin membantu, namun ia membutuhkan sejumlah pusaka Amarta. Oleh karena itu Semar memerintahkan petruk agar berangkat ke Negeri Amarta menghadap Raja Puntadewa  untuk meminjam jimat kalimasada, payung kencana, dan tombak untuk membangun kayangan.
Singkat cerita, petruk menemui Puntadewa yang saat itu bersama ksatria Pandawa lainnya, Werkudara, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Mendengar pesan Semar yang di Sampaikan oleh Petruk, Raja Puntadewa meminta pendapat para penggede Amarta lainnya, termasuk Krisna. Sayangnya Krisna tak menyetujui permintaan Semar, menurutnya keinginan untuk membangun Kayangan adalah hal yang mustahil, menyalahi kodrat Semar saat di turunkan ke dunia, dan akan membuat murka para dewa, karena urusan kayangan bukan tugas dan wewenag Semar. Maka niat Semar adalah keliru dan harus diluruskan.
Petruk menimpali bahwa keinginan Semar baik, oleh karena itu sebaiknya Ksatria Pandawa mendukungnya. Kengototan Petruk membuat Krisna muntab, bahkan menuduh Semar hanya akan menjadikan Ksatria Pandawa sebagai tameng dalam menghadapi murka para dewa saat Semar melanjutkan niatnya untuk membangun kayangan.
Benarkah Semar ingin membangun Kayangan yang di huni oleh para dewa? Sampai di sini kita akan digiring untuk memahami alur pemikiran Semar. Dan untuk memahaminya kita perlu mengetahui kontestasi budaya dimana tokoh ini dihidupkan. Semar adalah figure dalam pewayangan yang menggambarkan seorang Begawan, sosok punakawan yang menjadi penasehat Ksatria Pandawa sekaligus sebagai simbol rakyat jelata. Oleh karena itu ia dijuluki manusia setengah dewa.
Dalam dunia pewayangan, simbolisasi peran dan pesan sangat penting. Bentuk wajah dan tubuh sang tokoh menggambarkan sifat-sifat yang mewakili kepribadian yang dihidupkan oleh pencerita. Tokoh Ki Lurah Semar misalnya digambarkan berwajah bulat dan pucat, oleh karena itu ia juga disebut Ki Badranaya, badra berarti rembulan, naya berarti wajah. Dan juga dijuluki Nayantaka, naya berarti wajah, taka berarti pucat. Kedua julukan tersebut menyimbolkan bahwa Semar memiliki watak rembulan, yang dalam pusaka hasta brata, menunjukkan seorang yang tenang, tidak mengumbar hawa nafsu. Semareka den prayitnasemare artinya menidurkan diri, agar supaya batinnya selalu awas. Maka yang ditidurkan adalah panca inderanya dari gejolak api atau nafsu negatif. Ini merupakan nilai dari kalimat wani mati sajroning urip ‘berani mati di dalam hidup’. Perbuatannya selalu pasrah pada sang pencipta, dengan cara mematikan hawa nafsu negatif. Dengan demikian, dalam perspektif spiritual Semar mewakili watak yang sederhana, rendah hati, tulus, tidak munafik, tak pernah menunjukkan perasaan yang berlebihan. Pembawaannya tenang, memiliki ketajaman batin, jenius, kaya pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan.
Wayang memiliki makna simbolik yang diyakini oleh masyarakat Jawa. Makna dan simbol pada dasarnya merupakan 2 unsur yangg berbeda namun berkaitan erat saling melengkapi. Dengan demikian simbol lebih merupakan bentuk lahiriah dari maksud, dan makna adalah isinya. Seni wayang sebagai suatu sistem budaya tidak dapat semata-mata dipahami sebagai ‘fine art’ seni murni, melainkan perlu dikaitkan dengan latar belakang sosial budaya masyarakat jawa, dimana wayang itu tumbuh dan terekonstruksi.
Budaya jawa, sebagaimana budaya timur lainnya dikenal memiliki banyak symbol-simbol social yang merepresentasikan filosofi, tujuan, dan perilaku masyarakatnya. Hal ini merujuk pada perkembangan budaya timur yang memang lahir dari budaya visual dan bukan budaya konsep sebagaimana budaya barat. Budaya jawa menjadi sangat artifiasial.
Dalam terminology jawa, tokoh Semar merupakan pengejawantahan dari simbol  pemelihara kebaikan, penjaga kebenaran, dan penghindar angkara. Tokoh Semar yang demikian hebat dalam tradisi penceritaan Mahabrata, bahkan mengilhami kitab Jangka Jayabaya untuk menggunakan tokoh ini sebagai sosok penasehat raja-raja yang memerintah tanah jawa yang hidup lebih dari 2500 tahun. Sosoknya kemudian dijewantahkan dalam figure Ki Sabdapalon dan Ki Nayagenggong, dua saudara kembar penasehat spiritual Raja-raja. Dalam berbagai lakon perwayangan sosoknya sangat misterius, seolah antara nyata dan tidak nyata. Ki Lurah Semar dalam konteks Sabdapalon dan Nayagenggong merupakan bapak atau Dahyang-nya manusia Jawa. Sikap dan sifatnya konon merepresentasikan sikap dan sifat manusia jawa.
Membangun kayangan dalam narasi perwayangan bukanlah membangun surganya para dewa, sebagaimana yang juga disalah mengerti oleh Krisna. Untuk memahami kayangan dalam perspektif Semar, harus ‘diteropong’ dari penempatan figur ini dalam sentral lakon penceritaan Mahabarata dimana Semar berperan sebagai penasehat Raja Puntadewa pemimpin Negeri Amarta. Dalam cerita dikisahkan bahwa saat itu negeri Amarta berada dalam situasi yang kritis,perilaku para pemimpin dan nayaka praja Amarta tidak merakyat lagi. Para pejabat istana mengalami degradasi moral. Para pemimpin yang seharusnya mengayomi dan melayani rakyatnya malah menjauh dan tidak merakyat. Bahkan, dalam memegang tampuk pemerintahan, para pemimpin jauh dari hati nurani.
Untuk memahami setiap symbol dalam pewayangan, obyek tersebut harus dipahami secara kontekstual dalam pakem ceritanya. Suatu objek yang menjadi symbol dalam cerita telah melalui proses pemikiran simbolis penciptanya. Ketika sang pencerita menetapkan alur ceritanya maka ia menempatkan objek symbol dengan maksud dan makna tertentu menurut alur cerita. Obyek ini menjadi sangat penting menurut Mead, Blumer, dan Kuhn. Ia bisa menjadi apa saja dalam dunia nyata: benda, kausalitas, peristiwa dan kejadian. Satu-satunya persyaratan bagi ‘sesuatu’ menjadi obyek adalah ia diberi nama, yang mewakilinya secara simbolis, suatu realitas yang bermakna bagi masyarakat yang merupakan totalitas dari objek-objek social mereka yang selalu dinyatakan secara social. Oleh karena itu dalam membangun interpretasi makna, Blumer membedakan obyek dalam tiga tipe, yaitu fisikal (benda-benda), social (orang-orang), an abstrak (ide-ide)- yang keseluruhan memiliki arti melalui interaksi simbolik.
Simbol kayangan dalam filosofi perwayangan yang ingin dibangun Semar  adalah jiwa para pemimpin dan kawula Kerajaan Amarta. Jiwa pemimpin bagi Semar adalah kayangan di dunia, jagat kecil dimana rakyat hidup dan ternaungi. Pemimpin yang memiliki jiwa laksana kayangan akan mampu melindungi, memberi kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Karena ia jiwa dari negeri rakyatnya, maka ia tak berjarak dengan rakyat. Simbolisasi kayangan memberi pencerahan bahwa kehidupan bahagia layaknya di surga dapat dikecap oleh rakyat bila pemimpin dapat mengayomi dan melayani.
Untuk mewujudkan membangun kayangan, menurut Semar hanya dapat dilakukan dengan pusaka kalimasada, payung kecana, dan tombak. Perlu diketahui bahwa wayang dalam sejarah seni budaya jawa merupakan seni pertunjukan yang  diciptakan untuk menyebarkan agama islam, sehingga pengaruh ajaran islam dalam filosofi perwayangan sangat kental, misalnya dalam terminology hindu jawa dan bali tidak dikenal adanya sang maha tunggal, sang hyang widhi. Penganut politheisme menempatkan dewa-dewa sebagai sejajar dengan peran-peran yang berbeda. Tapi para penyebar agama islam di tanah jawa memasukkan sang hyang widhi sebagai dzat yang lebih besar dan berkuasa dari para dewa. Proses penyebaran agama islam yang berusaha mengakulturasi dalam agama budaya masa itu juga menyebabkan pengakulturasian symbol-simbol keagamaan dalam budaya masyarakat jawa.
Pusaka kalimasada yang dalam perwayangan digambarkan sebagai pusaka immateri dan abstrak sesunggunhnya merupakan symbol dari ucapan kalimat syahadat, ‘tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusannya. Maksud dari pusaka ini dalam lakon Mahabrata adalah bahwa negara Amarta hanya dapat ditegakkan bila Raja dan naya prajanya selalu eling lan netepi kodrat hyang widhi. Sementara, pusaka payung kencana merupakan simbolisasi dari perlindungan pemimpin terhadap rakyatnya, maksud dari pusaka ini bahwa negara Amarta dapat menjadi negara yang makmur dan sejahtera bila raja dapat menaungi, mengayomi, dan melayani rakyatnya. Sedangkan pusaka tombak adalah simbolisasi dari penegakan hokum dan keadilan. Simbol tombak berarti negara Amarta dapat menjadi kuat bila raja memerintah dengan adil dan bijaksana.
Salah satu kelebihan dari cerita pewayangan adalah ia masih relevan bahkan dalam  konteks kekinian. Lakon Semar mbangun kayangan bisa saja dijadikan sebagai sarana untuk mengingatkan bagaimana seharusnya pemimpin menjalankan pemerintahannya. Cerita ini syarat dengan makna yang bersifat konstruktif. Mungkin para pemimpin perlu sesekali mendengar, belajar, dan meneladani cerita ini, karena membangun kayangan dapat dimaknai sebagai membangun negara yang aman, damai, makmur dan sejahtera dimulai dari membangun kepribadian pemimpinannya. Untuk itu diperlukan pribadi pemimpin yang berpegang teguh pada ‘kalimasada’, pada ajaran agama, undang-undang, dan peraturan yang berlaku di dalam negara. Mampu melindungi rakyatnya dengan ‘payung kencana’ yang menaungi, mengayomi, dan melayani. Dan berani menegakkan kebenaran dan memerangi keangkaramurkaan dengan ‘tombak’ keadilan.
Toh hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin tidak hanya melulu relasi kekuasaan. Ada hubungan simbiosis mutualisme, dimana sang pemimpin membutuhkan rakyatnya sebagai syarat mutlak keberadaannya untuk melegalkan kekuasaan, sementara rakyat membutuhkan pemimpin sebagai figur pelindung, panutan, pemberi aturan, pengayom dan sebagainya. Oleh karena itu pemimpin dalam kesehariannya harus berpihak pada rakyat, tidak menjaga jarak dengan rakyat dan tidak disibukkan dengan hal-hal formalitas dan protokoler semata. Karena ia bekerja untuk rakyat.
Wajar jika kemudian petruk, yang saat itu ke Amarta atas perintah Ki Lurah Semar, marah besar saat Krisna menyatakan bahwa para punakawan itu hanya  orang kecil, ‘gedhibal pitulikur,’ babu  yang melayani Pandawa. Dalam muntabnya Petruk berseru bahwa Puntadewa dapat menjadi raja karena asuhan para punakawan. Bahwa ia naik tahta karena dukungan orang-orang kecil, dan sudah sepatutnya ia mengingat rakyat kecil ini ketika ia berkuasa, bukan menjadikan mereka seperti keset dan alas kaki.
  
BAB III
FUNGSI CERITA
Nasehat Sang Hyang Wenang kepada Semar perlu kita simak untuk mengingatkan bahwa seorang pemimpin itu harus memberikan pencerahan yang bijaksana. Pemimpin harus menerima perbedaan atau pluralisme yang ada. Tidak memihak salah satu golongan dan harus bertindak adil kepada rakyatnya, nah ini lah yang digambarkan oleh Semar di Negri Amarta. Negara, bagaimanapun juga dibangun berdasarkan masyarakat yang plural atau majemuk dan berasal dari berbagai suku, ras, dan agama, segala perbedaan itu sebagai kekuatan dan jati diri dalam membangun bangsa.
Dalam terminologi jawa dijelaskan bahwa, tokoh Semar merupakan pengejawantahan dari simbol  pemelihara kebaikan, penjaga kebenaran, dan penghindar angkara murka. Tokoh Semar yang demikian hebat dalam tradisi penceritaan Mahabrata, bahkan mengilhami kitab Jangka Jayabaya untuk menggunakan tokoh ini sebagai sosok penasehat raja-raja yang memerintah tanah jawa yang hidup lebih dari 2500 tahun. Sosoknya kemudian dijewantahkan dalam figure Ki Sabdapalon dan Ki Nayagenggong, dua saudara kembar penasehat spiritual Raja-raja. Dalam berbagai lakon perwayangan sosoknya sangat misterius, seolah antara nyata dan tidak nyata. Ki Lurah Semar dalam konteks Sabdapalon dan Nayagenggong merupakan bapak atau Dahyang-nya manusia Jawa. Sikap dan sifatnya konon merepresentasikan sikap dan sifat manusia jawa.
Maka dengan kita membaca cerita wayang semar mbangun kayangan ini, bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu pedoman hidup yang berkarakter seperti yang sedang dicita-citakan bangsa ini, yaitu membangun masyarakat Indonesia yang berkarakter dan berbudaya.
Kita bisa menerapkan suatu metode pesan moral pendidikan karakter ini lewat cerita-cerita wayang seperti ini. Baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun perguruan atau sekolah. Karena membangun pendidikan karakter ini harus dimulai sejak anak usia 3 tahun, sesuai apa yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara dahulu. Sejak anak berumur segitulah pendidikan karakter sudah mulai bisa kita ajarkan atau masukan kedalam jiwanya. Supaya saat dewasa nanti sianak tersebut sudah mengerti dan memahami arti kehidupan yang berbudi pekerti baik dan berbuadaya.Dengan cerita-cerita wayang seperti inilah kita bisa mengajarkan pendidikan karakter terhadap anak-anak kita, keluarga,dan masyarakat sekitar. Sebab cerita wayang ini syarat akan pesan moral dan karakter buadaya yang baik yang bisa kita ambil inti sari dari cerita wayang tersebut salah satunya semar mbangun kayangan ini.
Fungsi lain nya adalah dengan kita banyak mengajarkan pendidikan karakter bangsa dengan dengan cerita wayang ini, berarti kita secara tidak langsung kita sudah melestarikan cerita budaya bangsa Indonesia yang syarat akan pilosofi dan pesan moral ini.
 BAB IV 
SIMPULAN DAN SARAN
A.    SIMPULAN
Dari cerita wayang Semar mbangun kayangan, dapatlah diketahui bahwa cerita tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. Sikap Semar yang berbuat  Tegas, bijaksana, berani, berprinsif kuat dan teguh. itulah yang mencerminkan pendidikan karakter bangsa. Jadi, pendidikan karakter bangsa sangatlah penting dan diperlukan para generasi muda yang nantinya akan meneruskan perjuangan bangsa dan yang akan menentukan arah perjuangan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bermartabat.
Hal yang dilakukan oleh semar dalam cerita wayang semar mbangun kayangan ini lah yang perlu kita contoh karena dengan kegigihan dan sikap beraninya, maka semar bisa menegakan keadilan dan kebenaran untuk kehidupan di Negara nya. 
B.    SARAN
Masa depan generasi bangsa adalah masa depan bangsa Indonesia. Masa depan bangsa Indonesia sendiri terletak pada pondasi jati diri dan karakter bangsa Indonesia yang dibangun secara berkesinambungan. Bangsa Indonesia akan tetap bertahan dan tetap jaya jika mampu memberi responsi kepada logika perkembangan historisnya sendiri, dan akan hancur berantakan jika gagal. Agar pendidikan karakter bangsa lebih mudah diterapkan, kita dapat mencontoh dari sikap-sikap dalam cerita wayang. Wayang adalah sebuah falsafah yang di dalamnya mengandung nilai-nilai dan sifat-sifat kehidupan secara eksplisit.
 
SUMBER : 
http://www.bausastra.com/main/index.php?do=view&id=409 (Edit Terakhir: 2008-03-21 08:13:12 WIB) diunduh 11 Mei 2013 11:21 WIB
diunduh 25 mei 2013 10:29 WIB